Awalnya hidup saya sempurna. Saya menikah dengan perempuan yang paling anggun yang saya temui. Senyumannya selalu membuat aku terpana, gaya berbicaranya yang anggun, sifatnya yang lemah lembut.
Dia kemudian melahirkan anak pertama kami dan juga yang terakhir. Dikarenakan komplikasi, dia meninggal. Anak kami selamat.
Agen Poker Online - Walaupun bayi terlahir dengan sehat, namun tetap bagiku, langit seperti sudah runtuh saat itu. Rasanya separuh dari jiwaku dirampas. Antara marah dan bingung bercampur di dalam dada. Marah karena merasa ketidakadilan ini. Bingung karena tidak tahu harus menyalahkan siapa. Kepada siapa saya harus melampiaskan amarah ini.
Saya menamai anak baru kami dengan nama Linda. Saya berjanji untuk menjadi seorang ayah yang baik. Saya berharap Linda bisa tumbuh sehat dan bahagia, walaupun dia tidak memiliki ibu semenjak lahir.
Linda tumbuh menjadi seorang anak yang pintar dan lincah. Malah kata guru di TK-nya, anak ini jarang mau duduk diam di dalam kelas. Saya hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.
Linda sekarang merupakan pelipur lara bagiku. Matanya yang bulat membuat saya selalu menemukan istriku dalam dirinya. Tetapi Yang Maha Kuasa kembali memberi cobaan untuk diriku kedua kalinya.
Di hari naas itu, usianya baru berumur enam tahun. Ya Tuhan, usianya baru enam tahun…
Saat itu kami sedang di keramaian di Car Free Day. Saat itu jalanan sangat ramai. Linda yang lincah berlari ke depan. Saya menyusulnya dari belakang. Dan entah dari mana mobil laknat itu datang, Linda dihantam dari mobil yang tidak seharusnya bisa masuk itu.
Setelah itu ingatan saya kabur. Saya tidak ingat lagi apa yang terjadi. Hanya saya mengangkat buah hatiku yang matanya terpejam, dengan penuh darah. Dia tidak menyahut ketika saya memanggilnya. Massa di sekitar mencoba menahan sopir mobil, entahlah dia tertangkap atau tidak.
Saya tidak ingat detail prosesi pemakaman. Terkadang ingatan manusia itu sangat aneh. Mungkin karena tidak ingin mengakui kenyataan, memori mereka cenderung ditutup pada masa-masa pedih. Saya rasa saya paham mengapa orang bisa sampai melupakan apa yang saya lakukan di dua-tiga bulan kematian anak saya itu.
Saya hanya di rumah. Seorang diri. Makan tidur.
Untungnya adik saya terus menerus memberi dukungan moril. Saya baru bisa bangkit lagi. Menerima kenyataan. Bahwa manusia harus tetap menjalani hidup, dan lebih mendekatkan diri ke Maha Pencipta.
Saya mulai menata hidupku kembali. Saya kembali bekerja. Saya kembali bersosialisasi dengan teman-teman dan rekan-rekan. Untunglah mereka memahami sehingga semuanya dengan cepat kembali normal.
Hingga suatu hari saya menemukan sebuah foto album di rumahku. Saya tidak ingat dengan persis. Tetapi sepertinya di sela-sela acara pemakaman, ada salah satu tamu yang memberikan ini kepada saya. Saya tidak begitu ingat. Momen itu begitu kabur. Tetapi karena penasaran saya pun membuka foto tersebut.
Ternyata itu foto-foto Linda. Itu foto-foto yang diambil oleh saya…
Mengapa? Mengapa ada foto album. Pikirku dalam hati. Selama ini saya hanya mengambil foto dan simpan secara digital. Tidak pernah kasih ke orang lain. Siapa yang mencuci foto-foto itu? Apa alasannya dia mencetak ini ke saya?
Semua foto-foto dalam album ini fokus pada Linda dan disusun secara kronologis. Di mulai dari dia berusia bayi. Di situ ada yang berusia 3 tahun merayakan ulang tahunnya. Ada foto dia, saat usia 5 tahun sedang bermain sepeda roda empat yang saya belikan untuknya. Dan kemudian foto ulang tahun usia dia ke-6, beberapa bulan sebelum dia… Ah sudahlah. Saya kira foto ulang tahun keenam dia sudah yang terakhir. Namun buku album itu masih tebal. Saya pun membalikkan halaman berikutnya.
PokerVQQ
Ternyata masih ada foto-foto lagi. Kali ini foto-foto yang sangat asing. Tapi saya langsung mengerti. Itu adalah foto ulang tahun ke 7 Linda. Linda berdiri di depan kuenya, dikelilingi teman-temannya. Beberapa teman saya kenal karena satu TK, yang lain tidak saya kenal. Sedangkan saya berdiri disamping terlihat tersenyum. Mengapa? Bagaimana mungkin?
Saya berpikir siapa yang begitu kejam melakukan photo-editing untuk ini? Apa tujuannya? Supaya saya merasa lebih tersiksa? Saya terus membalikkan halaman-halaman foto yang terlihat asing itu. Linda tumbuh lincah. Dia sering juara kelas. Setidaknya itulah yang terpampang dalam foto. Semakin ke belakang, dia pun tumbuh dewasa. Di usianya 16 tahun dia terlihat begitu mirip ibunya. Saya sendiri semakin jarang muncul di foto. Tetapi sesekali kalau ada saya di dalam foto, maka bisa kelihatan bahwa saya semakin menua.
Orang yang melakukan photoshop ini memang ahli, gumamku. Tetapi dalam lubuk hati kecil terdalam saya merasa senang, karena Linda menjalani hidupnya dengan bahagia. Dalam lubuk hati terdalam, saya percaya foto-foto ini asli. Namun nalar saya terus memberontak. Linda sudah tiada! Teriak saya mengingatkan diri terus-menerus di dalam hati.
Foto-foto pribadi Linda semakin jarang semenjak ia menginjak usia 20-an. Sebagai gantinya, kliping-kliping berita mengisi halaman-halaman buku album. Berita berisi tentang prestasi Linda di sesuatu yang sepertinya berkaitan dengan biologi. Kalaupun ada foto-foto, itu lebih sering berupa foto yang ada di dalam berita, misalnya dia sedang diwawancara dalam laboratorium atau foto bersama rekannya sesama peneliti.
Poker Uang Asli - Kemudian selain foto dan kliping, juga ada jurnal-jurnal ilmiah. Namun saya tidak mengerti apa yang ditulis di sana. Banyak istilah-istilah asing seperti modifikasi genetik dan embrio. Semakin ke belakang, semakin lebih banyak berita. Ada satu berita yang melaporkan masyarakat mengecam penelitian yang dipimpin Linda yang dikhawatirkan akan menciptakan chaos masyarakat. Juga ada berita demonstrasi besar-besaran di berbagai belahan dunia.
Dan semakin ke belakang berita berikutnya adalah rumor manusia yang memangsa manusia. Beberapa negara, pemerintahannya jatuh. Lalu ada satu lagi berita dengan judul headline yang membuat bulu kuduk berdiri, “Dunia Sudah di Ambang Kiamat”.
Kliping itulah kliping terakhir. Saya membalikkan buku album itu, tetapi tidak ada apa-apa lagi. Tidak ada foto, tidak ada berita, tidak ada apa-apa.
Saya menutup buku album itu. Bingung dengan isi ini. Mau melapor polisipun bingung mau melapor apa, karena Linda sudah meninggal. Saya hanya bisa menghela napas dan meletakkan buku itu ke samping.
Dapatkan uang tambahan hanya dengan klik link berikut
Agen Poker Online.